BERDO’A/MENYERU KEPADA MAHLUK HAKIKATNYA MENYERU SESUATU YANG DICIPTAKAN
TIDAK DAPAT MENCIPTAKAN.
Ayyuhal ikhwah, pembahasan berikut adalah bahasan umum
sebagai fondasi utama dalam hakikat kesyirikan, ini bersifat ‘Aam (umum) bukan dalam sifat-sifat
khosnya sehingga harus difahami ini agar tidak tersilaf atau di bingungkan
dengan perkara-perkara khosnya yang dalam perincianya kadang sesuatu itu dapat
dibenarkan dan bukan bagian dari sesuatu yang diharamkan. Orang-orang jahil
dari kalangan ahli bid’ah dan pengikut hawa nafsu berdalil dengan
perkara-perkara khos untuk membathalkan hukum-hukum yang padanya termasuk pada
perkara ‘aam sehingga menghalalkan yang haram dalam kesyirikan.
Dalam teologi nya maka, Malaikat, Nabi, Waliyullah,
Orang-orang shalih, berhala dan lain sebagainya yang mereka mempersekutukanya
dengan allah ta’ala, mereka tidak dapat menolong orang-orang yang menyerunya
bahkan menolong diri mereka sendiripun mereka tidak mampu. Sebagaimana allah
ta’ala berfirman :
أَيُشْرِكُونَ مَا
لا يَخْلُقُ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ .وَلا يَسْتَطِيعُونَ لَهُمْ نَصْرًا وَلا أَنْفُسَهُمْ
يَنْصُرُونَ
Apakah
mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhada-berhala yang tak dapat
menciptakan sesuatupun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan orang. Dan
berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada
penyembah-penyembahnya dan kepada dirinya sendiripun berhala-berhala itu tidak
dapat memberi pertolongan. Al A’raaf (7) : 191-192.
وَاتَّخَذُوا مِنْ
دُونِهِ آلِهَةً لا يَخْلُقُونَ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ وَلا يَمْلِكُونَ لأنْفُسِهِمْ
ضَرًّا وَلا نَفْعًا وَلا يَمْلِكُونَ مَوْتًا وَلا حَيَاةً وَلا نُشُورًا
Kemudian
mereka mengambil tuhan-tuhan selain daripada-Nya (untuk disembah), yang
tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apapun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan
tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudharatan dari dirinya dan tidak (pula
untuk mengambil) suatu kemanfaatanpun dan (juga) tidak kuasa mematikan,
menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan. Al Furqaan (25) : 3
قُلْ لا أَمْلِكُ
لِنَفْسِي نَفْعًا وَلا ضَرًّا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ
لاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ
لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Katakanlah:
"Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula)
menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku
mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan
aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan,
dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman." Al A’raaf (7) :
188
قُلْ إِنِّي لا أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلا رَشَدًا .قُلْ إِنِّي لَنْ يُجِيرَنِي مِنَ اللَّهِ
أَحَدٌ وَلَنْ أَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَدًا .إِلا بَلاغًا مِنَ اللَّهِ وَرِسَالاتِهِ وَمَنْ
يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَإِنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا
Katakanlah:
"Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatanpun
kepadamu dan tidak (pula) suatu kemanfaatan." Katakanlah:
"Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorangpun dapat melindungiku dari
(azab) Allah dan sekali-kali aku tiada akan memperoleh tempat berlindung selain
daripada-Nya." Akan tetapi (aku
hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-Nya. Dan barangsiapa
yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya baginyalah neraka
Jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Al Jin (72) : 21-23.
Cukuplah dengan dalil-dalil tersebut bahwa semua mahluk
tidak dapat memberikan pertolongan kendati mereka menyangka bahwa
sembahan-sembahan atau berhala-berhala itu adalah sebagai tuhan pencipta namun
kita saksikan bersama bahwasahnya apa-apa yang mereka anggap sebagai tuhan itu
adalah hakikatnya adalah mahluk, orang-orang hindu menyembah shiwa, brahma,
khana, sapi, gangga dan lain sebagainya dan kita pastikan bahwa ashalnya mereka
adalah sesuatu yang diciptakan tidak dapat menciptakan. Agama budha, mereka
menyembah Sang Hyang Adi, Parama Buddha,
Hyang Tathagata dan lainnya yang juga diketahui bersama bahwa mereka semua
adalah asalnya sebagi manusia biasa. Dalam literatur agama hindu dan budha dewa
dan dewi asalnya adalah manusia biasa yang mereka di anugerahi wahyu, hikmah,
karomah atau apapun sebutanya yang intinya mereka memiliki kelebihan dalam
dirinya daripada manusia lainya, dalam kedudukannya, kepintaranya,
kebijaksanaanya dan keutamaan-keutamaan lainya sehingga diakui oleh pengikutnya
sebagai sesuatu yang layak bahkan harus di ikuti.
Yahudi dan kristen, mereka pun sama yaitu mereka menjadikan
mahluk sebagai tuhan. Mereka menyembah malaikat, nabi pendeta (waliyullah) atau
orang-orang shalih diantara mereka itu. Sebagian dari mereka berdalil bahwa ia
adalah anak allah, dan mariam itu ibunya. Itulah keutamaanya sehingga pantas
untuk dipertuhankan. Begitupun sebagaian kaum muslimiin yang mengaku sebagai
umatnya nabi muhammad mengikuti jalan mereka itu dengan alasan karena
orang-orang shalih itu memiliki keutamaan, karomah atau apapun namanya sehingga
yang mereka anggap sebagai waliyullah itu dianggap memiliki sifat-sifat
“Rubbubiyah (Ketuhanan)” sehingga mereka berdo’a di kuburan-kuburan mereka itu
dan beribadah atau memberikan persembahan-persembahan di tempat-tempat yang
dianggap keramat (memiliki keutamaan) itu. Diantara mereka ada yang berdalil
dengan syafaat nabi, dan syafaat orang-orang shaleh. Namun antara dalil dan
maksud perbuatan tidaklah seiringan tidak lebih mereka hanya meng ada-ada di
dalamnya sebagaimana yahudi dan kristen itu mengada-ada. Mereka memasang
lukisan, photo, simbol dan lain sebagainya, tidak hanya di tempatkan di
tempat-tempat yang dianggap mulia, mereka menggantungnya di dinding rumah, mereka
membuatnya dalam bentuk rupaka-rupaka kecil baik dalam tulisan, photo atau
benda lainya untuk memudahkan mereka membawanya di dompet, di kalung, sabuk
gelang cincin dan lain sebagainya.
Begitu juga agama-agama “pagan” atau paganisme, mereka
menyembah mahluk. Diantaranya agama shinto, mereka menyembah matahari. Agama
majusi, mereka menyembah Api. Yang juga termasuk didalamnya adalah Animisme dan
dinamisme para penyembah roh dan benda mati. Paganisme adalah istilah yang
dipakai oleh orang-orang yahudi dan kristen untuk agama-agama selain agama
ibrahimik (islam). Kaum pagan, mereka meyembah mahluk lalu fakta sejarah menjadi bukti bahwa
akhirnya anak adam berulang disesatkan oleh syetan sehingga menyembah mahluk
dan allah ta’ala pun mengutus kembali nabi dan rasul sebagai pemberi peringatan
bahwa apa-apa yang mereka persekutukan selain daripada allah itu adalah lemah,
mereka tidak dapat memberikan pertolongan, bahkan mereka itu diciptakan dan
sesungguhnya mereka tidak dapat menolong diri mereka sendiri. Tidak dapat
menghidupkan dan mematikan dan sesungguhnya mereka itu mati.
Mereka menyeru atau berdo’a kepada mahluk-mahluk itu dengan
berbagai macam bentuk persembahan, dengan cara-cara tertentu baik yang
bentuknya sesuatu bid’ah yang hakikiyah maupun yang idhafiyah. Mempersembahkan
jamuan, makanan dan sembelihan, berpesta dan makan-makan. Sedang mereka dalam
keyakinan bahwa perbuatanya itu adalah suatu ikhtiyar dalam pengharapanya untuk
suatu hajat agar dapat tercapai. Na’am seperti itulah hakikat keadaan orang-orang
yang mempersekutukan allah ta’ala dari kalangan paganisme, hindu, budha,
yahudi, kristen dan umat islam saat ini. “Mereka menyeru Mahluk, Mereka
Diciptakan tidak dapat menciptakan”.
*Sukabumi*D2n*05/10/2023.
YANG MEREKA SERU SELAIN ALLAH TA’ALA TIDAK MEMILIKI SESUATU APAPUN WALAU
SETIPIS KULIT ARI
وَالَّذِينَ تَدْعُونَ
مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ .إِنْ تَدْعُوهُمْ لا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ
سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ
وَلا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ
Dan
orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa
walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar
seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan
permintaanmu. Dan dihari kiamat mereka akan mengingkari kemusyirikanmu dan
tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh
Yang Maha Mengetahui. Faathir (35) : 13-14.
وَيَعْبُدُونَ مِنْ
دُونِ اللَّهِ مَا لا يَمْلِكُ لَهُمْ رِزْقًا مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ شَيْئًا
وَلا يَسْتَطِيعُونَ
Dan
mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberikan rezki kepada
mereka sedikitpun dari langit dan bumi, dan tidak berkuasa (sedikit juapun). An
Nahl (16) : 73
قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ لا يَمْلِكُونَ
مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلا فِي الأرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِنْ
شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيرٍ .وَلا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ عِنْدَهُ إِلا لِمَنْ
أَذِنَ لَهُ حَتَّى إِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ
قَالُوا الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ
Katakanlah:
" Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka
tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di bumi, dan mereka
tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan
sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya. Dan
tiadalah berguna syafa'at di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah
diizinkan-Nya memperoleh syafa'at itu, sehingga apabila telah dihilangkan
ketakutan dari hati mereka, mereka berkata "Apakah yang telah difirmankan
oleh Tuhan-mu?" Mereka menjawab: (Perkataan) yang benar", dan Dia-lah
Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. Saba
(34) : 22-23
Sesungguhnya apa-apa yang disembah selain allah dari
kalangan malaikat, nabi, waliyullah, orang-orang shaleh, arwah benda-benda yang
dijadikan berhala itu tidak mempunyai sesuatu apapun dari kekuatan, dari dzat
bahkan atas sesuatu apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri bahkan diri
mereka itu dimiliki sedang apa-apa yang diseru selain allah ta’ala itu tidaklah
memiliki. Allah ta’ala menegaskan dalam ayat diatas itu bahwa mereka itu lemah
selemah-lemahnya mereka tidak berkuasa atas diri mereka sendiri, lantas
bagaimana orang-orang musyrik itu menyagka bahwa apa-apa yang disembah selian
allah ta’ala itu memiliki sifat-sifat kerubbubiyahan ? diantara sifat-sifat
rubbubiyah itu adalah :
1. Mengabulkan do’a atau memenuhi permohonan.
2. Mendengarkan seruan setiap mahluk.
3. Menciptakan segala sesuatu.
4. Mengatur segala sesuatu.
5. Memberi Rizki.
6. Menghilangkan keburukan dan mendatangkan manfaat
7.
Dan lain-lain sebagainya
yang hanya dapat dilakukan oleh Rab sekalian alam.
Allah
ta’ala berfirman :
وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ.
Dan
orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa
walaupun setipis kulit ari. Faathir (35) : 13.
Jaringan kulit manusia terdiri dari tiga lapis ; 1.
Epidermis 2. Dermis 3. Jaringan Subkutan. Kulita ari adalah Epidermis yaitu
lapisan kulit terluar dan tertipis yang tidak memiliki pembuluh-pembuluh syaraf
dan darah. Maha besar allah ta’ala yang telah memberikan perumpamaan ini. Allah
ta’ala maha luas ilmu dan pengetahuanya mengabarkan dengan detail dan spesifik
penyebutanya sehingga manusia mengetahui dan menjadi pelajaran bukan hanya
dalam ilmu ketuhanan akan tetapi juga pelajaran untuk sains dan medis.
Imam Qurthubi menyebutkan dalam tafsirnya, Kata قطمير adalah kulit tipis yang putih (kulit ari).
Demikian pendapat yang dikemukakan sebagian besar ahli tafsir. Lihat tafsir Ath
Thabari(22/82), Tafsir lbnu Katsir (13/164. ) dan tafsir ibnu athiyah (13/164). Ini juga adalah pendapat
sebagian besar para ahli bahasa.
Menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Atha, al hasan dan
Qatadah, Lafadz Qithmiir dalam ayat ini adalah Kulit Tipis pada Biji Kurma.
Lantas bagaimana bisa orang-orang musyrik itu menisbatkan
sifat-sifat rubbubiyah kepada mahluk sedang kulit yang tipis yang melindungi
diri-diri merekapun tidak mereka miliki ? Allah ta’ala yang menciptakanya dan
allah ta’ala yang melindungi diri-diri mereka dengan memberikan nya kulit yang
sempurna. Pohon-pohon itu di berikan kulit untuk melindungi batang kayu didalamnya
sebagaimana patung-patung berhala itu dilapisi dan dibentuk oleh pembuatnya.
Bagaimana mereka melindungi sedang mereka pun dilindungi dan memerlukan
perlindungan ? sebagian dari penyembah kubur beralasan bahwa mayit-mayit itu
bisa mendengar sehingga mereka membolehkan menyeru/berdo’a kepadanya dengan
alasan tersebut, ketahuilah kesyirikanya adalah karena mereka meyakini
mendengarnya mayit-mayit ini dengan keyakinan mampunya mahluk-mahluk ini
menjawab seruan dan mengabulkan, menghilangkan keburukan dan mendatangkan
kebaikan. Sedangkan menjadikan selain Allah ta’ala sebagai perantara antara
dirinya adalah menafikan allah ta’ala as sami’ (Maha Mendengar) dan Allah
ta’ala Al Aliim (Maha mengetahui). Allah ta’ala maha mendengar setiap seruan
dari semua hamba tidak ada satupun mahluk memiliki kemampuan ini, diantara
syubhat mereka adalah mayit bisa mendengar maka tanyakanlah kepada mereka itu
apakah mayit-mayit itu memiliki kemampuan mendengar segala seruan yang di
serukan kepada mereka itu dari semua orang-orang yang menyeru kepada mereka ?
tentunya ini adalah perkara yang mustahil, ada trilyunan manusia di muka bumi
ini yang seandainya satu juta dari penduduknya menyeru kepada satu mayit itu
bagaimana ia mendengarkan seruan-seruan itu ? jika mereka mengatakan ya, mayit
itu mendengar jutaan seruan itu, maka ini kesyirikan karena hanya allah ta’ala
yang memiliki kemampuan ini. Jika dalam hal mendengarkan seruan saja mereka
lemah, maka, bagaimana mereka dapat menjawabnya, mengabulkanya atau
menyampaikan jutaan seruan yang dipanjatkan melalui perantaraanya itu. Maha
suci Allah Ta’ala. Apakah mereka menyangka bahwa ada yang luput dari
pengetahuan allah ta’ala ? apakah orang-orang musyrik itu menyangka Allah
ta’ala tidak mengetahui sesuatu yang di panjatkan melalui perantara-perantara
itu ? (Yunus(10) : 18).
Inilah hakikat kesyirikan itu dan tidak ada keraguan
padanya.
وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ
وَلا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ.
Dan dihari kiamat
mereka akan mengingkari kemusyirikanmu dan tidak ada yang dapat memberi keterangan
kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui. Faathir (35) :14.
Sukabumi*D2n*09/10/2023.
BAHKAN MALAIKAT TIDAK MEMILIKI SESUATU APAPUN WALAU SETIPIS KULIT ARI
Firman
Allah ta’ala :
وَعَلَّمَ آدَمَ الأسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلائِكَةِ
فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ .قَالُوا سُبْحَانَكَ لا عِلْمَ لَنَا إِلا
مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ .قَالَ يَا آدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا
أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ
Dan
Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang
benar!". Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami
ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." Allah berfirman:
"Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka
setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman:
"Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui
rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu
sembunyikan?" Al Baqarah (2) : 31-33
Ayat ini menegaskan bahwa tidak ada yang maha mengetahui,
maha mendengar, mengetahui segala rahasia yang ada dilangit dan dibumi, kecuali
allah ta’ala. Allah ta’ala mengetahui dan mendengar setiap do’a yang dipanjatkan
dengan suara keras, bisikan maupun di sembunyikan dalam bathin setiap hamba.
Allah ta’ala menegaskan bahwa malaikat-malaikat itu tidak memiliki kemampuan
ini. Lantas bagaimana orang-orang musyrik itu menisbatkan sifat – sifat
robbaniyah itu kepada mahluk lainya selain malaikat ?
Ayyuhal ikhwah, masih berkaitan dengan pembahasan bab
sebelumnya. Bahwa menyeru /berdo’a kepada selain Allah ta’ala hakikatnya adalah
Menyeru/berdo’a kepada sesuatu yang tidak dapat menciptakan. Imam Qurthubi
dalam tafsir Qur’an Surat Faathir (35) : 13 menyebutkan makna :
مَا يَمْلِكُونَ
مِنْ قِطْمِيرٍ.
“Tiada
mempunyai apa-apa walaupun setipis Kulit Ari” Maksudnya adalah, berhala-berhala
itu tidak mampu untuk mencipta.
Malaikat-malaikat
itu tidak dapat mendengar segala permohonan mahluk-mahluk lainya kecuali
apa-apa yang di idzinkan allah ta’ala. Pendengaran mereka terbatas tidak
melingkupi seluruh alam ini. Mereka tidak mengetahui segala sesuatu melainkan
hanya apa-apa yang di idzinkan allah ta’ala untuk mengetahuinya. Manusia
mendengar dan melihat tapi ada batasan pendengaran dan penglihatan itu, manusia
hanya dapat melihat dan mendengar sebatas apa yang di idzinkan oleh allah
ta’ala begitupun malaikat demikianlah keadaanya walaupun tingkat kemampuan
antara masing-masing manusia, Jin dan malaikat memiliki tingkat batasan yang
berbeda-beda.
Inti dari
pembahasan ini adalah, bahwa malaikat tidak mempunyai sifat robbaniyah sehingga
ia adalah kesyirikan padanya jika manusia menyangka bahwa malaikat mempunyai
kemampuan untuk mendengar semua seruan-seruan dari banyaknya mahluk yang ada
dimuka bumi. Ini baru dalam hal mendengarnya yang hanya allah ta’ala yang
memiliki asma dan sifat “Maha mendengar” itu. Belum lagi jika diyakini bahwa
malaikat-malaikat itu mampu mengabulkan permohonan atau menjawab seruan/doa
yang di sampaikan kepadanya itu.
Jika saja
berdo’a itu boleh dilakukan dengan melalui perantara, maka malaikat-malaikat
ini tentunya lebih berhak untuk dijadikan perantara daripada penghuni kubur.
Kedudukan malaikat lebih tinggi diatas orang-orang yang mereka anggap wali itu.
Namun kita lihat dalam syari’at tidak ada tuntunan untuk berdo’a melalui
perantaraan jibril, mikail, Rokib dan Atid. Tidak ada satupun hadits
menerangkan bahwa rasulullah pernah berdo’a “Wahai Jibril sampaikanlah hajatku
(Keinginanku) kepada allah ta’ala .....” juga tidak para sahabat melakukanya
padahal keadaanya mereka lebih butuh dan lebih mendukung untuk melakukan itu
daripada kita saat ini. Maka hukum menjadikan perantara antara allah ta’ala minimalnya
adalah bid’ah sedang kecelakaan yang besar jika padanya terjatuh kepada
kesyirikan. Jika saja menyeru/berdo’a kepada malaikat itu adalah kesyirikan,
lantas bagaimana kiranya jika menyeru/berdo’a itu kepada Jin, arwah, Roh halus,
dan lain sebagainya ? Bagaimana orang-orang musyrik itu dpat mempersekutukan allah
ta’ala yang maha mendengar dengan mahluknya yang tidak maha mendengar.
Mempersekutukan allah ta’ala yang menciptakan segala sesuatu dengan mahluk yang
diciptakan dan tidak mampu menciptakan.
Sukabumi*D2n*10/10/2023.
BAHKAN NABI DAN RASUL TIDAK MEMILIKI SESUATU APAPUN WALAU SETIPIS KULIT ARI
Ayyuhal ikhwah, masih berkaitan dengan pembahasan bab
sebelumnya. Bahwa menyeru /berdo’a kepada selain Allah ta’ala hakikatnya adalah
Menyeru/berdo’a kepada sesuatu yang tidak dapat menciptakan. Imam Qurthubi
dalam tafsir Qur’an Surat Faathir (35) : 13 menyebutkan makna :
مَا يَمْلِكُونَ
مِنْ قِطْمِيرٍ.
“Tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis
Kulit Ari” Maksudnya adalah, berhala-berhala itu tidak mampu untuk mencipta.
Bab ini adalah
beberapa hujjah atas kekeliruan orang-orang musyrik yang menjadikan nabi-nabi
dan rasul-rasul sebagai sekutu bagi Allah ta’ala. Perbuatan syirik
mereka itu dibantah oleh kalamullah juga kalam nabinya. Nabi bersabda “Laa Agni
‘anka minallahi syai’a” (Aku tidak berguna bagi dirimu dihadapan Allah
sedikitpun”.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ، قَالَ: قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حين أنزل
عليه (وأنذرعشيرتك الأقربين) فقال : يا معشر قريش –أو كلمة نحوها- إشتروا
أنفسكم-. لا أغني عنكم من الله شيئا. يا عبّاس بن عبد المطلب لا أغني عنك من الله
شيئا. يَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللَّهِ، لا أغني عنك من الله شيئا. وَيَا فَاطِمَةُ
بِنْتَ محمّد سليني مِنْ مَالِي مَا شِئْت".
لَا أُغني عَنْككِ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا،
Dalam
Shahih Bukhari. Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata, “ketika diturunkan kepada
Rasulullah ayat “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat
(Qs. Asy Syu’araa (26) : 214) beliau berdiri dan bersabda, “Wahai segenap kaum
Quraisy, tebuslah diri kalian dari (siksa allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya) sedikitpun aku tidak berguna bagi dirimu dihadapan allah. Wahai abbas bin Abdul Muthallib!, sedikitpun
aku tidak berguna bagi dirimu dihadapan allah. Hai Safiyyah bibi
Rasulullah, sedikitpun aku tidak berguna bagi dirimu dihadapan allah. Hai
Fatimah binti Muhammad, mintalah olehmu dari hartaku sesukamu, sedikitpun aku tidak berguna bagi
dirimu dihadapan allah.”
Dalam hadits ini terkandung beberapa
pelajaran diantaranya yaitu :
1.
Hanya dengan memurnikan ketaatan kepada allah
ta’ala yang dapat menebus keluarga nabi dari siksa/adzab neraka. Hal ini akan
erat kaitanya dengan syarat-syarat memperoleh syafa’at. Jika demikian
halnya dengan ahli baithnya bagaimana kiranya dengan yang bukan
kerabat/keluarga beliau shallallahu alaihi wassalam...?
2.
Nabi dan Rasul adalah manusia biasa, tidak ada
padanya sifat-sifat rubbubiyah (ketuhanan) ia adalah hamba/mahluk bukanlah khaliq/pencipta. Setiap
hamba, hanya dapat tunduk dengan ketetapan Rab-Nya.
3.
Mintalah kepada nabi selagi sesuatu itu ada
padanya.
4.
Nabi shallallahu alaihi wassalam
bersabda “Mintalah dariku harta yang ada padaku sesukamu” rasulullah tidak
bersabda : mintalah kepadaku aku akan memohonkanya kepada Allah ta’ala. Disini
mengandung pelajaran bahwa bertawasul itu bukan suatu kebiasaan. Ia bukan
sesuatu yang dianjurkan. Karena yang diperintahkan dan diajarkan rasulullah
shallallahu alaihi wassalam adalah beliau bersabda “Jika engkau meminta,
mintalah kepada Allah”
Selanjutnya,
bahwa tidaklah nabi dan rasul itu mengetahui hal-hal yang gha’ib kecuali
sesuatu itu di bukakan oleh allah ta’ala dengan idzinya.
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ
الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ
Dan di sisi Allah-lah kunci-kunci yang ghaib. Al-An’am (6) :
59.
قُلْ لا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلا ضَرًّا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ
وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ
إِنْ أَنَا إِلا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Katakanlah
(wahai Muhammad): Aku tidak kuasa mendatangkan kemanfaatan bagi diriku dan
tidak pula kuasa menolak kemadharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan
andaikata aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan
sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemadharatan. Aku tidak lain
hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang
beriman. Al A’raaf (7) : 188.
Sebagian kaum musyrikiin ada
yang berdalil dengan beberapa hadits yang shahih namun disalah fahami maksud
dan penempatanya seperti diantara syubhat mereka itu adalah bahwa, diperdengarkan
kepada nabi shallallahu ‘alaihi wassalam nikmat dan adzab kubur. Ini tidak
menunjukkan adanya pertentangan dengan ayat diatas karena yang dimaksud padanya
tentu saja dalam lingkup apa-apa yang di izinkan llah ta’ala untuk diketahu
nabi pada waktu itu untuk menjadi pelajaran sebagaimana wahyu itu menjadi
pelajaran. Keadaanya adalah tidak terus menerus sebagaimana mukjizat dan wahyu
disampaikan melainkan disaat adanya kebutuhan syari’at untuk disampaikan kepada
nabi shallallahu alaihi wasalam dan kepada manusia seluruhnya. Juga dapat
dipastikan bahwa nabi tidak mendengar keseluruhan dari para penghuni kubur itu
melainkan hanya beberapa saja yang disingkap/diperdengarkan allah ta’ala
kepadanya.
Selanjutnya, bahwa rasulullah adalah
manusia biasa yang memerlukan perlindungan rasulullah terluka dan merasakan
payah, maka, bagaimana kamu dapat mempersekutukan Allah ta’ala dengan nabi yang
merasakan kepayahan, sedangkan para nabi itu tidak mampu memberikan pertolongan
untuk keluarga kerabat bahkan untuk dirinya sendiri, melainkan semua itu hanya
atas rahmat allah ta’ala. Bagaimana
mereka kaum musyrikin itu menyeru/berdo’a kepada nabinya yang telah
diciptakan-Nya? Sebagaimana allah ta’ala firmankan :
أَيُشْرِكُونَ مَا لا يَخْلُقُ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ .وَلا يَسْتَطِيعُونَ
لَهُمْ نَصْرًا وَلا أَنْفُسَهُمْ يَنْصُرُونَ
Apakah mereka mempersekutukan (Allah
dengan) berhada-berhala yang tak dapat menciptakan sesuatupun? Sedangkan
berhala-berhala itu sendiri buatan orang. Dan berhala-berhala itu tidak mampu
memberi pertolongan kepada penyembah-penyembahnya dan kepada dirinya sendiripun
berhala-berhala itu tidak dapat memberi pertolongan. Al A’raaf (7) : 191-192.
لَيْسَ لَكَ مِنَ
الْأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظالِمُونَ
Tak
ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima
taubat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang
yang zalim. Ali Imran (3) : 128.
Imam Ibnu Katsir dalam tafsir ayat ini (3:128) :
قَالَ الْبُخَارِيُّ:
قَالَ حُمَيْد وَثَابِتٌ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ: شُجّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ أحُد، فَقَالَ: "كَيْفَ يُفْلِحُ قُوْمٌ شَجُّوا نَبِيَّهُمْ؟
". فَنَزَلَتْ: {لَيْسَ لَكَ مِنَ الأمْرِ شَيْءٌ{
Imam
Bukhari mengatakan bahwa Humaid ibnu Sabit meriwayatkan dari Anas ibnu Malik,
bahwa Nabi Saw. terluka pada wajahnya dalam Perang Uhud, lalu beliau bersabda:
Bagaimana memperoleh keberuntungan suatu kaum yang berani melukai wajah nabi
mereka? Maka turunlah ayat berikut, yaitu firman-Nya: Tak ada sedikit pun
campur tanganmu dalam urusan mereka itu. (Ali Imran: 128) Hadis ini sanadnya mu’alaq
dalam shahih Al Bukhari.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا هُشَيم، حَدَّثَنَا حُمَيد، عَنْ
أَنَسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
كُسرَتْ رَبَاعيتُهُ يومَ أُحدُ، وشُجَّ فِي جَبْهَتِهِ حَتَّى سَالَ الدَّمُ عَلَى
وَجْهِهِ، فَقَالَ: "كَيْفَ يُفْلِحُ قَوْمٌ فَعَلُوا هَذَا بِنَبِيِّهِمْ، وَهُوَ
يَدْعُوهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ، عَزَّ وَجَلَّ". فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى:
{لَيْسَ لَكَ مِنَ الأمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ
ظَالِمُونَ{
Imam
Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan
kepada kami Humaid, dari Anas r.a., bahwa gigi seri Nabi Saw. pernah rontok
dalam Perang Uhud dan wajahnya terluka, hingga darah membasahi wajah beliau.
Maka beliau bersabda: Bagaimana mendapai keberuntungan suatu kaum yang berani
melakukan perbuatan ini kepada nabi mereka, padahal nabi mereka menyeru mereka
untuk menyembah Tuhan mereka. Maka Allah menurunkan firman-Nya: Tak ada sedikit
pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima tobat mereka,
atau mengazab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim.
(Ali Imran: 128). Riwayat ini hanya diketengahkan oleh Imam Muslim sendiri. Dia
meriwayatkannya dari Al-Qa'nabi, dari Hammad ibnu Salamah, dari Sabit, dari
Anas, lalu ia menuturkan hadis ini.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا ابْنُ حُمَيْدٍ، حَدَّثَنَا يَحْيَى
بْنُ وَاضِحٍ، حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ وَاقِدٍ، عَنْ مَطَرٍ، عَنْ قَتَادَةَ قَالَ:
أُصِيبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ أُحُدٍ وكُسرت رَبَاعيته،
وَفُرِقَ حَاجِبُهُ، فَوَقَعَ وَعَلَيْهِ دِرْعَانِ وَالدَّمُ يَسِيلُ، فَمَرَّ بِهِ
سَالِمٌ مَوْلَى أَبِي حُذَيْفَةَ، فَأَجْلَسَهُ وَمَسَحَ عَنْ وَجْهِهِ، فَأَفَاقَ
وَهُوَ يَقُولُ: "كَيْفَ بِقَوْمٍ فَعَلُوا هَذَا بِنَبِيِّهِمْ، وَهُوَ يَدْعُوهُمْ
إِلَى اللهِ؟ " فَأَنْزَلَ اللَّهُ: {لَيْسَ لَكَ مِنَ الأمْرِ شَيْءٌ{
Ibnu
Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah
menceritakan kepada kami Yahya ibnu Wadih, telah menceritakan kepada kami
Al-Husain ibnu Waqid, dari Matar, dari Qatadah yang mengatakan bahwa Nabi Saw.
pernah mengalami luka dalam Perang Uhud hingga gigi serinya rontok dan alisnya
terluka, lalu beliau terjatuh yang saat itu beliau memakai baju besi dua lapis,
sedangkan darah mengalir dari lukanya. Maka Salim maula Abu Huzaifah
menghampirinya dan mendudukkannya serta mengusap wajahnya. Lalu Nabi Saw. sadar
dan bangkit seraya mengucapkan: Bagaimana akan memperoleh keberuntungan suatu
kaum yang berani melakukan ini terhadap nabi mereka? Nabi Saw. mengucapkan
demikian seraya mendoakan untuk kebinasaan mereka kepada Allah Swt. Maka Allah
Swt. menurunkan firman-Nya: Tidak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan
mereka itu. (Ali Imran: 128), hingga akhir ayat.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Abdur Razzaq, dari Ma'mar,
dari Qatadah dengan lafaz yang semisal. Akan tetapi, di dalam riwayatnya tidak
disebutkan fa'afaqa (lalu beliau sadar).
Dan ada
banyak kisah nabi dan rasul yang diuji dengan kepayahan untuk diambil pelajaran
bahwa hanya allah ta’ala yang memiliki semua kekuatan dan kehendak.
Sukabumi*D2n*11/10/2023.